SEJARAH PEMIKIRAN POLITIK BARAT



A.    PENDAHULUAN
Amerika pada saat ini adalah pemegang kunci globalisasi, dan ide-ide yang dikembangkan adalah kebebasan, pasar bebas, kemegahan atau kesenangan, demokratisasi politik dan penguasa sesuai dengan keinginannya. 
Barat dan ideologinya untuk melanggengkan gagasan-gagasan politiknya, yaitu menggunakan jargo yang berkesan universal, yakni globalisasi. Konsep globalisasi pada dasarnya kelanjutan dari politik (containment politict) terhadap musuh dalam istilah lain. Sejarah pemikiran politik Barat dari zaman Yunani Kuno hingga abad pertengahan, didominasi oleh dua ketegangan: pertama, ketegangan antara kelas yang menguasai kepemilikan aset terutama tanah, dan kedua, bagaimana menjustifikasi kekuasaan negara yang absolutis plus ketimpangan politik, ekonomi, sosial dan legal yang dilembagakan berdasarkan dalil ‘kesetaraan manusia’ menurut hukum alam (natural law). Pendekatan dominan sejarah pemikiran politik Barat, yang selain terlalu menekankan pada aspek ide semata, juga cenderung abai terhadap berbagai proses sosial dan upaya berbagai elemen masyarakat, terutama mereka yang termarginalkan, seperti petani, perempuan, dan rakyat kebanyakan lainnya.
Sumbangan terbesar peradaban Romawi kepada pemikiran Barat, terutama di bidang pemikiran sistem hukum dan lembaga-lembaga politik.[1] Pemikiran politik Barat telah mewujudkan dirinya sebagai suatu kekuatan (ideology) yang di abad modern ini menjadi penentu dalam memberikan warna ideologi masyarakat, bangsa, negara, serta tata pergaulan dunia. Lebih penting dari itu, kritik ilmiah atas fakta politik bahwa pemikiran politik dari Barat yang diagung-agungkan kini menghadapi krisis dan telah dipertanyakan kemampuannya dalam merekonstruksi apa yang dikenal sebagai peradaban politik masa modern -abad civil society- , sebuah abad masyarakat terbuka global.[2]   

B.     PEMBAHASAN
1.      Kunci Pemikiran Politik Barat
Politik yang digunakan Amerika adalah politik pragmatisme serta prinsip Amerika untuk mengekspor nilai-nilai budaya, politik, sosial sebagai syarat untuk memberikan bantuan kepada negara lain, agar Amerika mau memberikan bantuan kepada sebuah negara atau bangsa, sehingga bangsa tersebut harus menerima tatanan nilai Amerika. Misalnya tentang pasar bebas, kapitalisme, ekonomi pasar, maupun nilai-nilai budaya Amerika atau negara Barat lainnya.[3]
Pandangan yang berkembang hingga dewasa ini bahwa lahirnya pemikiran di Barat berupa filsafat, ilmu pengetahuan hingga berkembangnya peradaban Barat pada dasarnya berasal dari pergumulan dan proses dari interaksi peradaban besar yang telah ada sebelumnya.[4] Peradaban itu terdiri atas : Yunani-Romawi, Judeo-Kristiani, dan Islam. Menurut Roger Garaudy, Barat adalah suatu kebetulan. Kebudayaannya suatu hal yang tidak wajar, karena tidak memiliki dimensi yang asli.[5]
1.      Kontribusi Peradaban Yunani-Romawi terhadap Barat
a.       Peradaban Yunani
Barat berutang budi kepada Yunani-Romawi hampir dalam semua aspek peradaban, berupa seni, sains, etika, politik, kedokteran, matematika, dan lainnya. Demikian pula tradisi keagamaan barat kini memantulkan secara transparan tradisis keagamaan Yunani kuno yang memandang agama sepenuhnya bersifat duniawi, praktis, mengabdi kepada kepentingan manusia (bukan Tuhan).
Dari segi keilmuwan Yunani-Romawi, Barat mendapatkan metode-metode eksperimental dan spekulatif guna pengembangan pengetahuan. Semangat rasionalisme dan empirisme dengan menempatkan akal di atas segala-galanya, atau sebagai suatu sumber kebenaran yang berasal dari cara pandang peradaban Yunani-Romawi. Dalam bidang filsafat politik, filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles mempengaruhi pemikiran dan filsafat Barat, sejak kelahirannya hingga dewasa ini.
b.      Peradaban Romawi
Mengenai sumbangan terbesar peradaban Romawi kepada pemikiran Barat antara lain di bidang pemikiran sistem hukum dan lembaga politik. Utama di bidang sistem hukum, terlihat dalam berbagai kajian dan praktik hukum di berbagai negara Eropa Barat seperti : Perancis, Italia, Swiss, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, bahkan negara commonwelth, mempraktikkan hukum Romawi.
Dari segi pemikiran politik Romawi, memberikan pemahaman kepada Barat tentang teori imperium.[6] Teori imperium ini juga oleh kekuasaan gereja abad pertengahan dikembangkan. Organisasi kekuasaan dan keagamaan gereja Katolik diadaptasi dari konsep imperium romawi. 

2.      Kontribusi Peradaban Judeo-Kristiani terhadap Barat
a.       Peradaban Judeo (Yahudi)
Dalam perspektif sejarah kelahiran para rasul dari agama besar di dunia, sebagian besar, dari mereka terlahir dan keturunan orang-orang Yahudi (Bani Israil). Rasul Daud, darinya lahir para nabi dan rasul yang memiliki peranan besar terhadap proses kelangsungan serta pembentukan peradaban manusia. Paulus dijuluki sebagai pendiri agama kristiani serta formulator konsep Trinitas (kesatuan 3 oknum : Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus yang juga keturunan Yahudi). Pada abad ke-19 dan 20, minoritas Yahudi Eropa telah melahirkan tokoh-tokoh besar di berbagai bidang pengetahuan dan filsafat, seperti Hegel, Max, Sigmunt Freud, Nietzsche, Albert Einsten, dan lainnya. Mereka merupakan pelopor utama (pendiri) aliran pemikiran seperti : Marxisme. Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme, Darwinisme, Psikoanalis, dan Evolusionisme sosial. Pemikiran-pemikiran itu semua telah demikian kuat menjadi intisari pemikiran politik modern.

b.      Peradaban Kristiani
Barat masa pertengahan merupakan masa yang dikenal dengan dark ages (abad kegelapan). Akan tetapi harus diakui di abad ini Eropa juga telah merintis jalan bagi terbentuknya suatu peradaban, yakni saat dimulai dibangun universitas, katedral Gothic, kota-kota baru, parlemen serta diberlakukannya common law dan lahirnya negara-negara bangsa (nation satse). Peristiwa historis penting ini tidak dapat dipisahkan dari peran pemuka agama Kristiani.
Puncak sumbangan agama Kristiani kepada Barat adalah peranan agama dalam melahirkan gerakan reformasi Protestan. Tokoh-tokohnya antara lain : Martin Luther, Zwingli, dan Calvin. Reformasi ini kemudian menjadi salah satu tonggak penting sejarah pemikiran dan peradaban Barat.[7] 
3.      Kontribusi Peradaban Islam terhadap Barat
Peradaban Islam mempengaruhi dunia Barat di Eropa merupakan fase ketiga setelah 2 peradaban besar sebelumnya. Peradaban Islam yang pernah mencapai puncak kegemilangan selama seribu tahun sejak dimulai misi kenabian. Harus diakui, memang terjadi persentuhan dari warisan yang ditinggalkan peradaban Yunani-Romawi. Barat (Eropa) selama ratusan tahun menyangkal kontribusi warisan intelektual peradaban Islam. Hanya baru-baru ini saja mulai muncul banyak sarjana kritis Barat yang secara obyektif memperlihatkan bahwa Islam ternyata berperan penting menumbuhkan tradisi keilmuwan dan peradaban Barat, diantara mereka adalah : Roger Garaudy, Bernard Lewis, Maurice Bucaillae, Betrand Russel, Massignon dan lain-lain.
Ibnu Khaldun, penyumbang tradisi pemikiran kepada Barat, melalui karya monumental Muqaddimah, kepada Barat. Khaldun telah menyumbangkan metodologi ilmiah berupa kajian teoritis empiris di bidang ilmu-ilmu sosial. Sarjana Muslim ini yang selayaknya perintis kajian sosiologi empiris, bukan August Comte yang lahir beberapa abad setelahnya.
Barat juga berutang budi kepada Islam dalam bidang filsafat rasionalisme setelah terjadi gelombang pengaruh intelektual dari dunia Islam pada akhir abad 12, dengan diperkenalkannya ajaran Ibnu Rusyd (Avveroes) di kalangan terpelajar di Western Christendom. Bagi dunia Barat Kristiani Ibnu Rusyd merupakan awal, sedangkan bagi bagi dunia Islam tokoh ini merupakan akhir suatu perkembangan pemikiran filsafat.    

2.      Ambisi Amerika dalam Dunia Politik
Bersama runtuhnya komunisme dan kehadiran Amerika sebagai kekuatan militer tunggal di dunia, maka Amerika menawarkan dri sebagai pemimpin bagi dunia. Amerika menganggap bahwa saat ini adalah kesempatan. Abad ke-21 harus menjadi abad Amerika, tidak hanya mengajukan diri sendiri sebagai pemimpin dunia dalam bidang militer, melainkan juga dalam bidang politik, ekonomi, bahkan nilai dan budaya. Dengan kata lain, Amerika ingin meluaskan hegemoninya[8] terhadap segala aspek.[9]
Amerika yang ingin mendominasi kepemimpinan dunia di era yang disebut sebagai “Tatanan Dunia Baru” telah menunjukkan dua wajah yang bertolak belakang. Pertama, wajah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Amerika menawarkan nilai-nilai politik yang dipropagandakan sebagai nilai yang paling utama. Mereka mengatakan bahwa sejarah telah berakhir, validitas ekonomi pasar telah teruji dan nilai-nilai Amerika, seperti liberalisme, kapitalisme, dan individualisme telah telah keluar sebagai pemenang. Kedua, wajah yang menyeramkan karena memegang palu dan besi. Karena ia akan mengerahkan senjata kepada siapa saja yang tidak mau tunduk kepada tataran dunia baru atau hegemoni Amerika.[10]





3.      Imagi Barat tentang Masyarakat Muslim
Barat menggambarkan umat Muslim di Barat sebagai fanatik, tidak kompeten, fundamentalisme, biadab, otokratis[11] serta haus darah. Ada stau alasan kuat mengapa kaum Muslimin telah menjadi sasaran imagi-imagi terdistorsi terus menerus ini. Islam adalah satu-satunya peradaban yang telah menimbulkan suatu ancaman serius bagi dominasi intelektual dan politk Barat di masa lalu, dan kiranya di masa mendatang.  Islam telah menjadi suatu trauma bagi Eropa. Bagi kaum Kristen abad pertengahan, Islam itu problematis. Yang pertama dan terutama adalah sebagi suatu problem bagi theodisi (mempertahankan keadilan Tuhan di hadapan eksistensi kejahatan) Kristen.[12]
Untuk mencemarkan Islam, Barat menciptakan sejumlah teknik. Dintaranya adalah pemroyeksian terang-terangan imagi Islam dengan menggunakan label-label Islam. Islam dipandang sebagai sisi gelap Eropa. Maka ketika Eropa beradab, Islam biadab. Ketika Eropa mencintai perdamaian, kaum Muslimin garang dan haus darah. Sementara di Barat ada tradisi demokratis dan cinta damai, kaum Muslimin despotis dan kejam. Imagi-imagi ini telah diproyeksikan dalam lukisan-lukisan dan literatur-literatur Barat sejak abad ke-17.[13]
Secara umum, politik Amerika di Timur Tengah bertujuan untuk menciptakan imperialisme Amerika melalui kekuatan militer, media massa, budaya dan ekonomi. Di antara politik Amerika di Timur Tengah adalah sebagai berikut :[14]

1.      Merancang masa depan kawasan Timur Tengah
2.      Menjaga kepentingan strategis Amerika di kawasan Timur Tengah
3.      Mengebiri agama Islam
4.      Menjaga superioritas Amerika di dunia
5.      Melakukan hegemoni militer
6.      Memberikan alternatif-alternatif
7.      Mengisi kekosongan
8.      Melindungi negara Israel
9.      Melaksanakan solusi Amerika
10.  Mengarahkan media massa dan opini dunia

4.      Produk-produk Peradaban Barat
Peradaban Barat telah menghasilkan beberapa madzhab dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Seperti kapitalisme,  komunisme, sosialisme demokrasi, nazi, fasisme, dan zionisme. Ajaran-ajaran ini telah menyengsarakan banyak orang.
Kapitalisme bertanggung jawab terhadap sebagian besar kasus pemindahan kekayaan secara paksa dari sebagian besar penduduk dunia. Komunisme telah melakukan banyak pembunuhan di negara-negara yang dikuasai oleh rezimnya dan melakukan kejahatan perang seperti di Afghanistan, Hungaria dan Chekoslavia. Fasisime dan Nazi telah menyebabkan perang dahsyat yang meminta korban puluhan juta  jiwa manusia.[15]




C.    KESIMPULAN
Apapun bentuk ideologi yang ditawarkan barat yang bertumpu pada paradigma filsafat idealis dan matrealisme telah berujung kepada peradaban yang bersifat superioritas dan eksploitasi yang kuat kepada yang lemah. Imprealisme dan kolonialisme pada hakikatnya selalu membangun kekuatan dalam format pembenaran perlunya kekuatan superior yang berperan sebagai world police, dengan mengenyahkan keabsahan suara masyarakat dunia.
Ada perbedaan, pertentangan bahkan benturan peradaban pemikiran politik antara Islam dan Barat adalah suatu keniscayaan, karena memang berkaitan dengan filsafat, cara pandang sampai kepada ideologinya berbeda.
 

















DAFTAR PUSTAKA

Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Islam abad-21. Bandung : Mizan.
Usman, Muhammad Nuroddin. Menanti Detik-Detik Kematian Barat. Solo : Era Intermedia. 2003.
Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta : Gramedia Pustaka. 2001.
Syam, Firdaus. Pemikiran Politik Barat. Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.


[1] Ahmad Suhelmi. Pemikiran Politik Barat. ( Jakarta : Gramedia Pustaka. 2001), 5.
[2] Firdaus Syam. Pemikiran Politik Barat. Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya terhadap Dunia ke-3. ( Jakarta : Bumi Aksara, 2007), x.
[3] Muhammad Nuroddin Usman. Menanti Detik-Detik Kematian Barat. (Solo : Era Intermedia. 2003). 21.
[4] Blum Camerun dan barness berteori bahwa suatu peradaban lahir dan ditransmisikan melalui proses sosial. Pertumbuhan peradaban pada dasarnya proliferasi dan elaborasi semua unsur yang terkandung dalam peradaban itu. Unsur-unsur itu merupakan produk interaksi sosial atau karena proses tarnsmisi dari suatu peradaban. Lihat Blum dan Barness. A History of Western World. (Boston, Toronto : Little Brown and Company, 1996).
[5] Roger Garaudy. Janji-Janji Islam. Terj : H.M. rasyidi. ( Jakarta : Bulan Bintang, 1984), 11.
[6] Menurut teori ini, pada hakikatnya kedaulatan sepenuhnya milik rakyat, penguasa politik hanyalah lembaga yang melaksanakan bukan menguasai serta mendominasi dan menggunakan kedaulatan untuk kebaikan seluruh rakyat. Menurut teori ini rakyat memiliki hak-hak politik yang sama dan merupakan esensi tertinggi kedaulatan negara.  
[7] Reformasi Protestan adalah merupakan produk reinterpretasi terhadap doktrin Katolik Ortodoks dan reaksi terhadap berbagai penyimpangan kekuasaan gereja. Gerakan intelektual keagamaan ini dimulai ketika gereja menjual surat-surat pengampunan dosa yang kemudian diprotes oleh Luther.

[8] Hegemoni pada awalnya merujuk pada dominasi (kepemimpinan) suatu negara-kota Yunani terhadap negara-kota lain dan berkembang menjadi dominasi negara terhadap negara lain. Dalam hubungan internasional, hegemon (pemimpin) menentukan politik negara bawahannya melalui imperialisme budaya, misalnya bahasa (lingua franca, penguasa) dan birokrasi (sosial, ekonomi, pendidikan, pemerintahan), untuk memformalkan dominasinya. Hal ini membuat kekuasaan tidak bergantung pada seseorang, melainkan pada aturan tindakan. Segala pemberontakan karenanya dapat ditindas dengan polisi dan militer lokal tanpa campur tangan langsung hegemon

[9] Muhammad Nuroddin Usman. Menanti Detik-Detik Kematian Barat. (Solo : Era Intermedia. 2003), 37.
[10] Ibid, 38.
[11]Istilah otokratis berasal dari dua kata autos dan kratos. Autos berarti sendiri atau diri pribadi. Kratos adalah kekuasaan atau kekuatan. Jadi Otokratis berarti berkuasa sendiri secara mutlak. (centre of authority). Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan nyang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan perilaku otoriter.
[12] Ziauddin Sardar. Tantangan Dunia Islam abad-21. (Bandung : Mizan), 115-116.
[13] Ibid, 116.
[14] Muhammad Nuroddin Usman. Menanti Detik-Detik Kematian Barat. (Solo : Era Intermedia. 2003), 57.
[15] Ibid, 156.
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
Unknown
admin
24 Juni 2017 pukul 00.57 ×

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

Reply
avatar
Thanks for your comment